Menanti Investasi untuk Industri Kelautan dan Perikanan di Aceh
Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Dengan luas perairan mencapai 295.370 km2, panjang garis pantai 2.666,3 km, dan jumlah pulau 119 buah, Aceh memiliki berbagai jenis komoditas perikanan tangkap dan budidaya yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah.
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, produksi perikanan tangkap di Aceh pada tahun 2020 mencapai 272.700 ton, sedangkan produksi perikanan budidaya mencapai 53.000 ton. Jumlah kapal penangkap ikan di Aceh sebanyak 16.701 unit, dengan jumlah nelayan sebanyak 64.466 orang. Luas lahan tambak di Aceh mencapai 53.000 hektar, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 17.000 orang.
Potensi industri kelautan dan perikanan di Aceh dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek geografis, aspek biologis, dan aspek sosial-ekonomi.
Dari sisi geografis Aceh memiliki lokasi strategis yang berbatasan dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia, yang merupakan jalur perdagangan internasional dan sumber ikan yang melimpah. Aceh juga memiliki pulau-pulau kecil yang cocok untuk pengembangan wisata bahari dan konservasi laut.
Dari aspek biologis, Aceh memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi, dengan berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, teripang, mutiara, dan lain-lain. Beberapa komoditas unggulan di Aceh antara lain tuna, tongkol, cakalang, layang, kerapu, kakap merah, udang windu, udang vaname, rumput laut eucheuma cottonii, dan teripang pasir.
Sedangkan aspek sosial-ekonomi, Aceh memiliki masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan atau pembudidaya ikan. Industri kelautan dan perikanan di Aceh memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh, yaitu sebesar 6,67 persen pada tahun 20193. Industri kelautan dan perikanan juga memberikan lapangan kerja bagi sekitar 10 persen dari total angkatan kerja di Aceh.
Potensi industri kelautan dan perikanan di Aceh juga bervariasi di setiap kabupaten/kota, sesuai dengan karakteristik wilayah dan sumber daya yang dimiliki.
Kota Banda Aceh memiliki Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo yang merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia. PPS Lampulo mampu menampung sekitar 300 kapal penangkap ikan dengan kapasitas total 10.000 ton per tahun. Kota ini juga memiliki potensi untuk pengembangan industri pengolahan ikan, seperti fillet ikan beku, tuna kaleng, abon ikan, kerupuk ikan, dan lain-lain.
Kabupaten Simeulue memiliki potensi untuk pengembangan perikanan tangkap tuna dan cakalang, serta perikanan budidaya rumput laut dan teripang. Kabupaten ini juga memiliki potensi untuk pengembangan wisata bahari, seperti surfing, diving, snorkeling, dan lain-lain.
Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Aceh Selatan memiliki potensi untuk pengembangan perikanan tangkap layang, tongkol, kerapu, kakap merah, serta perikanan budidaya udang windu dan rumput laut. Kabupaten ini juga memiliki potensi untuk pengembangan konservasi laut.
Aceh wilayah utara-timur juga memiliki banyak potensi. Misalnya Kabupaten Pidie Jaya, Pidie, Lhokseumawe, Aceh Utara hingga Aceh Timur memiliki potensi untuk pengembangan perikanan tangkap layang, tongkol, kerapu, kakap merah, serta perikanan budidaya udang windu dan rumput laut.
Meskipun memiliki potensi yang besar, industri kelautan dan perikanan di Aceh masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti perbaikan infrastruktur dan fasilitas.
Di sisi lain penanaman modal untuk pengembangan industri perikanan masih minim. Padahal sektor ini punya potensi yang luar biasa besar. Pengembangan sumber daya manusia juga sangat penting dilakukan. Adaptasi teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha kelautan dan perikanan juga penting.